Cakrawala
biru membentang
Mengatapi
bumi serta isi
Awan
putih dan kelabu memadu
Matahari
menyorot jagat raya
Menjadi
tanda sumber kehidupan
Melambangkan
arti sebuah kehidupan pada setiap insan
Kala
itu makhluk berusaha melanjutkan hidup
Apa
pun cara bak sebuah rintangan untuk menang
Ya
menang, kemenangan berbuah suapan nasi dan sepercik air
Itu bila Ia hanya seorang diri
Sebatang
kara tak berkewajiban
Tapi …..
Pandang,
sorot dan lihatlah
Sosok
seorang lelaki tua renta
Dengan
sepasang mata nan cekung
Luntang-lantung
tak terarah
Legam
bahunya karena siang terik membakar
Melambangkan
kegigihannya
Hingga
senja bergulir menjadi malam yang kelam
Dingin
merasuki sumsum tulang
Kurus
bungkuk melangkah gemetar
Melanglang
buana menjemput rizki yang tak menentu
Dengan
hembusan nafas penuh berkah
Serta
senyum penuh ketulusan yang terpampang menyejukkan
Diwajahnya
yang keriput
Begitu
berat tanggungannya
Namun …..
Kesetiaan
dibenaknya takan sirna
Dua
pujaan hati takan pernah lekang dalam fikirnya
Matanya
berkaca-kaca menghasilkan tetesan air mata kepasrahan
Terucapkan
kalimat sederhana hiasi sanubari
Buah
hatiku, Istriku tunggu Ayah,
Langkah
kupijakkan hingga keringat mengucur demi kalian semata
0 komentar:
Posting Komentar